3dB for Ngayogjazz 2009


by Budi Pasadena on Dec. 2, 2009, under Music
01-12-2009 11:26

Kami parkirkan mobil tempur live remote recording kami, ditengah kedua stage tersebut. Yup betul mobil, sengaja kami tidak meletakkan booth kerucut yang legendaris itu. Mobil mini Van ini senantiasa menemani kami menuju stage unggulan saat ini.
Adanya digital audio network memudahkan perkabelan dan kelihatan simple skali. Bahkan mengalahkan kabel yang terpasang pada mobil sponsor salah satu perusahaan seluler yang bertetangga dengan kami.
Sistem back-up recording telah kami nyalakan dan supply listrik dari UPS masih aman, mungkin saatnya istirahat sebentar, ngemil dan menikmati dingin ala Ngayogjazz. Empat puluh lima menit kemudian Genset tersebut diganti, lokasinya tepat di sebelah kanan mobil recording kami, tenang saja, tak ada  induksi elektromagnetic yang mempengaruhi sinyal kami, aman berkat Cat5e itu.
Ingin kami membicarakannya dengan Harri Stojka saat usai show, dan menyarankan agar tidak terulang lagi kejadian ini.
Asyik seluruh channel listnya dapat diterima dengan baik oleh recorder kami, di tengah – tengah show, pemain bass menggunakan contra bass, ada duet juga dengan Sax player dan semuanya terekam secara multitrack di sistem recording ADK Computer Steinberg Cubase 4.52 kami.
Disana kami mempersiapkan merchandise berisi hasil karya live concert 3dB dalam sebuah bentuk kompilasi plus t-shirt spesial edition Ngajogjazz.
Lengkap dengan system monitoring kelas wahid yang sengaja kami tata di mobil tersebut.
Tanggal 21 November 2009 di pasar Gabusan Bantul Yogyakarta, 3dB dipercaya untuk merekam sebuah perhelatan Jazz besar Yogyakarta yang bernama Ngayogjazz. Ngayogjazz adalah acara tahunan yang sudah berlangsung selama 3 tahun belakangan ini; bermaksud untuk menghilangkan kesan elitis dari sebuah genre musik yang kita kenal bernama Jazz.
Tahun ini adalah tahun ketiga hajatan kebudayaan yang digagas komunitas pencinta jazz Yogya itu digelar. ”Ini bukan sekadar festival musik, tetapi juga sebuah gerakan kebudayaan,” tutur Djaduk Ferianto, musisi jazz sekaligus salah satu penggagas dan Direktur Ngayogjazz 2009.
Gerakan kebudayaan yang dimaksud Djaduk adalah mendekatkan jazz ke tengah rakyat jelata. Untuk itu, festival pun terbuka gratis untuk umum dan digelar di tempat-tempat paling dekat dengan rakyat. ”Ini bukan proyek untuk mencari profit,” ujar Djaduk. (dikutip dari cetak.Kompas.com)
Di perhelatan ini 3dB dan Ngayogjazz berharap rekaman live concert yang dilakukan dapat menjadi merchandise untuk para artist pendukung. Yup, kami melakukan proses live remoter dan hasilnya saat itu juga diberikan kepada para beberapa pengisi acara. Hampir mirip seperti program ASSHOLE, hanya saja kali ini hanya di produksi sebanyak 10 keping CD.
Teknis Produksi Live Remoter on Ngayogjazz 2009

Artist yang kami rekam adalah :
1. I Wayan Sadra
2. Purwanto
3. Syaharani
4. H Stojka
5. Dwiki Dharmawan
Proses Live Remoter berjalan sangat hectic, dikarenakan kelima artist ini tersebar di antara 3 panggung besar yang berada di venue. Apalagi kondisi cuaca saat itu cukup tidak bersahabat.
Jarak antara masing-masing panggung kurang lebih sekitar 100 meter, kecuali panggung yang digunakan oleh I Wayan Sadre. Jarak dari 2 panggung lainnya sekitar 600 meter. Akhirnya kami memutuskan untuk merekam I Wayan Sadre dengan teknik Bootleger.

Catatan Teknis dari Budi Pasadena sebagai Project Leader :
Terpisah menjadi 4 stage, yang dipertontonkan secara gratis kepada penikmat jazz kresidenan Jogjakarta. Mata kami tertuju pada stage utama dan stage C.
Yang kami perhatikan adalah letak splitter dari kedua belah panggung itu. Merekam dua panggung secara bergantian tanpa mengurangi kualitas suara adalah sebuah tantangan, bukan pantangan.
Channel list sudah tertulis dengan rapi dari dua stage itu, setidaknya agak tenang ketika hujan mengguyur arena Pasar Gabusan dan tren kali ini seperti yang kita duga.
Ada 3 kabel yang masuk ke dalam mobil, 1 kabel listrik dan 2 kabel Cat5e. cuman itu.
Konsep teknologi yang dipakai menggunakan Ethersound Digital Audio Network dimana dua kabel Cat5e bertugas sebagai gain controller dan audio data transport. Sudah itu saja, ga ada cerita ngolor kabel audio tradisional lagi.
Satu persatu peformers mengunjungi stage yang mulai kering bagian tengah-tengahnya. Kali ini penyanyi Syahrani akan menghangatkan stage dengan penampilan akustiknya. Satu persatu channel berbunyi sebagai mana mestinya. Bagus. Menandakan splitter transformer bekerja sesuai perintah bossnya. Vokal Syahrani menggunakan wireless tertangkap manisnya, meskipun kami sendiri kurang well dengan mic wireless. Opening Syahrani mengajak penonton untuk sing along, menandakan kami memperhatikan ambience mic disisi kanan kiri bibir panggung. Yeah seperti biasa keplok tangan penonton tertangkap dengan riuhnya.
Dan tengah – tengah show Blug- blug…. Tenaga listrik dari genset dibelakang kami ngadat seperti pada saat sore tadi.
Show mulai lagi. Aman

Ketika 23.00, stage utama mulai berdengung – dengung. Artis asal Austria bertajuk Harri Stojka naik panggung, genjrang – genjenng sana sini menandakan ia cek sound sesaat sebelum peform mereka dilihat banyak orang.
Dua orang 3dB mulai memindahkan Digiram ES8 ke panggung utama, yup pindahan langsung dari stage C ke stage utama. Kemudian memasang kabel spliter junction box, listrik AC dan 2 kabel Cat5e itu. 15 menit cukup membuat alat itu bekerja kembali dengan channel list yang lebih banyak dari stage sebelumnya.
Seluruh instrument dari Harri Stojka mampu terekam dengan baik. Eh ditengah- tengah show, Suara pick up dari gitar akustik mas Harri ini ngeprek-preks… Waduh … dan parahnya ini juga terdengar juga di sistem Live PA-nya.
Setelah riuh penonton  bertaburan usai permainan akustik Harri Stojka ini, gantian peformer dari pemain jazz kenamaan Indonesia naik panggung. Dwiki Darmawan dan Dewa Budjana memainkan riff jazz berbalut Vocoder.
Salah satu tahapan produksi yang cukup berkesan, Capek hingga dini hari terbayar ketika melihat hasil recording yang maksimal ditengah persiapan waktu yang minimal.
Salam,

PS : sebenarnya masih ada satu cerita lagi yang hendak kami sajikan, dan ini jantung cerita live remote recording saat itu.
Saat kami bercerita tentang mobil mini Van yang kami gunakan untuk live remote recording, ada satu mobil lagi yang kami bawa. Mobil VW Combi besutan ananda Risky Summerbee, pentolan band RSTH yang sedang naik daun.
Dan…
Sebuah Digital Audio Workstation untuk mixing mastering on location…. EDIAN.
Ide ini dinamakan ASSHOLE. Yakni kegiatan menjual CD berisi konser yang baru saja direkam, di mixing dan dimastering dan dijual pada saat itu juga.
Namun pada saat Ngayogjazz berlangsung kita hanya membuat 10 CD saja dan ditujukan sebagai souvernir kepada peformers.
Udah cukup ceritanya ya.

Posting Komentar

0 Komentar