A personal review
Hari ini saya (15 Mei 2014) mendapatkan CD dari Gilbert Pohan yang kebetulan saya mengenalnya semenjak 2007. Kedatangannya sengaja menyelipkan CD ini ke rak koleksi di studio saya.
Pertama saya memegang dan membaca tulisan demi tulisan, cukup menyenangkan masih ada produksi musik yang konsen pada kualitas audio dan konten musikalnya yang kaya akan varian bunyi.
Track dibuka Let It Be, sekilas judulnya sama dengan album legendaris the Beatles. Vocoder pada baris lirik pertama cukup menyegarkan, dan mendekatkan album ini dengan referensi Gilbert selama bermusik. Liriknya penuh pengharapan pada sesuatu yang baru. Bagian lirik yang paling saya suka, “ Aku pernah jatuh cinta tapi ini lebih cinta”.
Nyanyian Rumah membuka track kedua, seolah Anthem bagi setiap perantauan. Mengingatkan saya pernah jauh dari rumah, dimana lahir keluarga baru berupa sahabat dalam mimpi dan harapan.
Satu Malam, lagu ketiga ini punya ikatan teknikal dengan saya. Saya pernah merekam salah satu demonya 2 tahun yang lalu. Lagu ini juga menjadi favorit calon istri saat itu. Sekarang istri saya sering memutarnya sebagai first single di radio PTPN.
Kisahnya cukup klise tapi penting, dan saya yakin semua orang pernah mengalaminya namun tidak mudah menggungkapkannya semanis Gilbert.
Lagu ke 4, (K.L.A) ya ini tidak ada kaitannya dengan band legendaris indonesia yang mengarang lagu yang sama dengan tempat tinggal Gilbert sekarang, Jogjakarta. K.L.A kependekan dari Kau Lupakan Aku. Menurut ini track paling jujur yang ada di album ini. Gilbert mengkomunikasikan segalanya tanpa polesan digital yang berlebihan, terdengar mentah namun luapan emosinya tak terbendung. Saya pribadi mengenal lagu ini saat merekamnya sebagai salah satu soundtrack untuk film independen di Solo. Energinya masih sama seperti dulu, Gilbert yang penuh manusiawi dan bisa tersakiti.
Marumba, track tereksperimentalnya, selama saya kenal dan pernah bekerjasama, lagu seperti ini tak terbesit dinyanyikan oleh Gilbert. Dan akhirnya ia berani membuat lagu seperti ini. Ada deskripsi pendek di cover CD nya tentang arti Marumba. Dan sebagai orang Jawa saya suka dengan track seperti ini, tidak terlalu etnis namun menantang masa depan.
Lagu favorit saya di album ini sebenarnya ada di track 8, yang berjudul Kemana. Jujur musik dan liriknya saya suka, bisa diputar diberbagai mood, balutan stringnya cukup mewah. Lembut dan tidak berisik.
Sedangkan untuk track ke 6 dan 7 sebaiknya kalian mendengarkan CDnya langsung atau beli album atau eceran via i-Tunes.
Sebagai sound engineer, saya tidak sekedar tertarik membeli album ini karena proses masteringnya di Nashville, namun lebih melihat luapan kreasi Gilbert masa demi masa, cukup tahu cerita hidupnya, semangatnya berjuang menulis lagu.
Sebagai sahabat, Gilbert cukup berperan dalam sejarah studio pribadi saya. Ia adalah orang percaya sejak awal rekaman dimanapun dan pakai alat apapun bisa. Rasanya baru kemarin ia merekam lagu bersama saya, merekam vokal didalam mobil karena tidak punya ruang kedap, pernah membuat video klip bersama, dan yang paling penting yakin kalo kita bisa hidup dari musik.
Selamat untukmu Gilbert Pohan, Pesan Yang Tertunda kini telah dimaknai pendengarnya.
Salam
Budi Pasadena
0 Komentar